Waktu kecil pernah punya impian... pengen punya rumah seluas lapangan sepak bola, dengan desain interior dan eksterior seperti istana putri, dilengkapi dengan kolam renang dan gak ketinggalan asisten rumah tangga, haha. Sepertinya itu efek nonton sinetron :D
Memang aku gak punya rumah seperti itu tapi rumah yang nyaman... home sweet home... rumahku istanaku. Bertahun-tahun gak punya rumah pribadi (rumah keluarga sendiri) karena bapak bertugas pindah-pindah daerah dan belum mampu untuk memiliki rumah pribadi, akhirnya terwujud di tahun 2010.
Dulu pernah punya di kawasan ekonomi menengah, ya memang banyak yang mencibir karena rumah ku itu rumah kecil dan seadanya. Terpaksa kami jual untuk kebutuhan yang lebih penting, perabotan juga habis untuk mendanai kakak yang waktu itu mengalami patah tulang dan butuh dana untuk operasi. Bersyukurnya hasil penjualan rumah dan perabotan kami bisa menutupi itu semua. Iya, kami pernah mengalami rasanya gak punya apa-apa... kami cuma punya baju, uang secukupnya dan peralatan dapur seadanya. Pengalaman yang gak bisa aku lupakan tentang rumah itu adalah rumah ku pernah kebakaran, kebakaran kecil karena penggunaan kompor spirtus dalam rumah (jangan ditiru ya teman-teman), belajar bahasa inggris untuk pertama kali dan Bapak sebagai gurunya, dan aku dibuatkan kamar sendiri oleh Bapak dilahan belakang rumah menggunakan triplek dan seng. Kalo panas, kepanasan karena menggunakan seng... kalo hujan memang berisik dan gak bisa tidur. Sampai sekarang masih terbayang gimana rasanya dulu punya kamar sendiri yang seadanya :')
Pindah ke Bandung, ada rumah dinas Bapak. Lagi-lagi minta dibuatkan kolam renang... ada apa ya dengan kolam renang sampai-sampai aku bisa kayak orang ngidam kayak gitu. Tempatnya nyaman, bangunannya klasik, kokoh dan udaranya dingin. Betah juga di lingkungan yang baru. Bertahun-tahun tinggal di situ walaupun pindah bangungan tetap di satu lingkungan yang sama. Gak ada perubahan sama sekali dan aku merasakan syukur yang luar biasa pernah tinggal dan menjadi bagian dari Bandung.
Dua semester akhir perkuliahan sekitar tahun 2010 tepatnya Lebaran 2010, kami punya rumah tipe 21 dan gak terasa perabotan serta alat rumah tangga yang kami kumpulkan saat di Bandung berjubel di rumah baru kami yang kecil. Gak nyangka loh barang kami bisa sebanyak itu, haha. Gak ada permintaan untuk dibuatkan kolam renang lagi, hihi. Aku senang dengan rumah idaman kami ini, mewah... mepet sawah, udaranya sejuk, dikelilingi Gunung Ungaran, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dan gak kalah eksotisnya adalah pemandangannya yang bagus :) i'm blessed
Banyak orang yang masih mengeluh karena rumah yang kurang luas, kamar yang kurang banyak, kendaraan dengan nilai fantastis, baju bermerk, tas bermerk dan hal mewah lain yang kurang terpenuhi. Ada juga yang sudah terpenuhi secara sederhana tapi masih saja mengeluh dengan keadaannya... masih baik jika dia berusaha untuk menjadikan keadaannya lebih baik, kalo gak? :(
Coba deh lihat orang lain yang masih susah mendapatkan lahan pribadi, membangun tempat tinggal di area pemakaman, tinggal di tempat yang kurang layak bahkan di kolong jembatan dan tinggal tanpa sanak-saudara. Masih kita mengeluh dengan apa yang kita miliki sekarang ini?. Mereka yang tidak memiliki apa-apa adalah Guru kita untuk belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang ini :)
Memang aku gak punya rumah seperti itu tapi rumah yang nyaman... home sweet home... rumahku istanaku. Bertahun-tahun gak punya rumah pribadi (rumah keluarga sendiri) karena bapak bertugas pindah-pindah daerah dan belum mampu untuk memiliki rumah pribadi, akhirnya terwujud di tahun 2010.
Dulu pernah punya di kawasan ekonomi menengah, ya memang banyak yang mencibir karena rumah ku itu rumah kecil dan seadanya. Terpaksa kami jual untuk kebutuhan yang lebih penting, perabotan juga habis untuk mendanai kakak yang waktu itu mengalami patah tulang dan butuh dana untuk operasi. Bersyukurnya hasil penjualan rumah dan perabotan kami bisa menutupi itu semua. Iya, kami pernah mengalami rasanya gak punya apa-apa... kami cuma punya baju, uang secukupnya dan peralatan dapur seadanya. Pengalaman yang gak bisa aku lupakan tentang rumah itu adalah rumah ku pernah kebakaran, kebakaran kecil karena penggunaan kompor spirtus dalam rumah (jangan ditiru ya teman-teman), belajar bahasa inggris untuk pertama kali dan Bapak sebagai gurunya, dan aku dibuatkan kamar sendiri oleh Bapak dilahan belakang rumah menggunakan triplek dan seng. Kalo panas, kepanasan karena menggunakan seng... kalo hujan memang berisik dan gak bisa tidur. Sampai sekarang masih terbayang gimana rasanya dulu punya kamar sendiri yang seadanya :')
Pindah ke Bandung, ada rumah dinas Bapak. Lagi-lagi minta dibuatkan kolam renang... ada apa ya dengan kolam renang sampai-sampai aku bisa kayak orang ngidam kayak gitu. Tempatnya nyaman, bangunannya klasik, kokoh dan udaranya dingin. Betah juga di lingkungan yang baru. Bertahun-tahun tinggal di situ walaupun pindah bangungan tetap di satu lingkungan yang sama. Gak ada perubahan sama sekali dan aku merasakan syukur yang luar biasa pernah tinggal dan menjadi bagian dari Bandung.
Dua semester akhir perkuliahan sekitar tahun 2010 tepatnya Lebaran 2010, kami punya rumah tipe 21 dan gak terasa perabotan serta alat rumah tangga yang kami kumpulkan saat di Bandung berjubel di rumah baru kami yang kecil. Gak nyangka loh barang kami bisa sebanyak itu, haha. Gak ada permintaan untuk dibuatkan kolam renang lagi, hihi. Aku senang dengan rumah idaman kami ini, mewah... mepet sawah, udaranya sejuk, dikelilingi Gunung Ungaran, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dan gak kalah eksotisnya adalah pemandangannya yang bagus :) i'm blessed
Banyak orang yang masih mengeluh karena rumah yang kurang luas, kamar yang kurang banyak, kendaraan dengan nilai fantastis, baju bermerk, tas bermerk dan hal mewah lain yang kurang terpenuhi. Ada juga yang sudah terpenuhi secara sederhana tapi masih saja mengeluh dengan keadaannya... masih baik jika dia berusaha untuk menjadikan keadaannya lebih baik, kalo gak? :(
Coba deh lihat orang lain yang masih susah mendapatkan lahan pribadi, membangun tempat tinggal di area pemakaman, tinggal di tempat yang kurang layak bahkan di kolong jembatan dan tinggal tanpa sanak-saudara. Masih kita mengeluh dengan apa yang kita miliki sekarang ini?. Mereka yang tidak memiliki apa-apa adalah Guru kita untuk belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang ini :)
Guru ku adalah masa lalu ku saat aku tinggal di rumah pertama ku dan melewati masa suram ku bersama keluarga saat kami hidup seadanya. Tanpa rasa bersyukur dan mengalami banyak hal suram di masa lalu, gak mungkin aku masih di sini tidur nyenyak, menikmati makanan dan tinggal di tempat yang nyaman... pasti aku menjadi orang yang gelisah setiap waktu agar segalanya terpenuhi sesuai dengan keinginan ku bukan kebutuhan ku :)
Yuk belajar menghargai dan mensyukuri apa yang kalian punya mulai hari ini :)
sunday sunday
.Asalia.
No comments:
Post a Comment