Thursday, February 19, 2015

Be A Friend

Pagi ini Antik bersiap pergi ke sekolah, seragam rapi, buku rapi tersimpan dalam tas dan gak lupa juga bekal nasi dan telur ceplok bikinan Ibu sudah dibawa. Antik masih di dalam kamar, duduk di kursi belajarnya. Ibu sudah bersiap dengan sepedanya di teras akan mengantar Antik ke sekolah. Lama Antik tak keluar membuat Ibu penasaran dan masuk ke kamar Antik.
"Tik, ayo cepat berangkat! nanti terlambat lho," ucap Ibu sambil meraih tas sekolah Antik. Antik hanya terdiam.
"Tik..."
"Bu, Antik sakit perut..." ujar Antik
"Lho lho kok kamu sampai berkeringat seperti itu? ya sudah ayo ke dokter biar cepat ditangani."
Sekitar dua minggu ini Antik seperti itu setiap akan berangkat sekolah, selalu sakit perut, pusing kepala, berkeringat, jari-jarinya dingin dan tidak ada semangat.

Dokter mengatakan bahwa Antik mengalami tekanan psikis dan berpengaruh pada kondisi fisiknya  yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Ibu mengelus dada untuk bersabar menerima kenyataan apa yang dialami Antik. Sampai di rumah, Ibu berbicara baik-baik dengan Antik tentang keadaan Antik.

"Tik, Ibu memang akhir-akhir ini melihat kamu setiap mau berangkat sekolah selalu mengeluh sakit perut, ini-itu... apalagi setiap pulang sekolah, kamu berwajah murung tidak seperti biasanya. Cerita sama Ibu ada cerita apa di sekolah?"
"Bu, Antik takut ngomong sama Ibu..."
"Gak apa-apa, Ibu pasti bantu"
"Um... Gini Bu, Antik diejek sama Cupi bahkan sampai menyubit Antik. Cupi selalu bilang kalo Antik itu cuma anak tukang kerupuk dan tukang cuci gak boleh sekolah. Antik diam saja Bu, tapi lama-lama Cupi mengejek sambil mencubit pinggang Antik. Antik takut... walaupun ada Dini yang menghibur tapi tetap saja Antik takut."
"Ya ampun, Tik... besok Ibu ke sekolah ya bertemu dengan Bu Lila. Kamu istirahat saja ya, Tik..."

***

"Ceeeeep! Sudah berapa kali Bapak bilang jangan berkelahi terus? Liat ini pipi lebam, baju kotor.. terus apa ini? aduh Ceeep... Ceeep," kata Bapak sambil mengelus kening karena melihat kondisi Cecep setelah pulang dari les.
"Cecep gak berkelahi, Pak. Cecep mau ngomong sama Bapak..."
"Mandi dulu, nanti ngomong sama Bapak," ujar Bapak sambil berlalu.

"Kenapa kamu gak membalas?" tanya Bapak dengan dahi berkerut.
"Sama saja, Pak... membalas atau tidak, Dodit akan terus seperti itu" terang Cecep.
"Ada apa dengan anak-anak jaman sekarang, sedikit-sedikit ejek dan memukul. Sekarang ikut Bapak, kita ke rumah Dodit untuk tahu apa alasan Dodit memukul kamu. Kalau dia gak mau cerita, Bapak lapor ke polisi."
Ya, itulah solusi Bapak setelah Cecep menceritakan kejadian yang sebenarnya sampai Cecep dipukuli dan diejek. Dodit mengajak Cecep ke lapangan sepak bola yang berada dua blok dari tempat les mereka. Dodit menggertak dan memukul Cecep tanpa sebab. Cecep melihat wajah Dodit yang puas dan senang sambil berkata "Dasar anak kampung! Kurus, hitam, jelek, dan bau!" ketika memukulinya dan tertawa keras setelah melihat Cecep yang tak berdaya.

***

Dari dua ilustrasi di atas bisa kita bayangkan, ejekan dan kekerasan fisik yang dialami Antik dan Cecep bisa berakibat pada sikap dan psikis mereka. Itulah yang dinamakan bullying. Ya, bullying yang saat ini hangat dibicarakan bahkan tahun-tahun sebelumnya. Korban merasa tertekan dan takut untuk mengungkapkan apa yang mereka alami di bawah ancaman pelaku. Biasanya pelaku mengancam agar korban tidak mengadu kepada orang-orang di sekitar mereka terutama orang tua. Selain itu, korban juga takut mengadu karena selain ancaman, mereka takut disebut tukang adu, tukang lapor dan yang lebih menakutkan lagi kalau mereka akan mengalami bullying yang lebih parah lagi.

Bullying bisa terjadi karena beberapa faktor, mungkin salah satunya karena pelaku merasa dirinya adalah sosok yang patut disegani, hebat dan memiliki segalanya atau bisa jadi karena pelaku pun memiliki kelemahan yang tidak ingin dilihat oleh orang lain. Pelaku akan senang dan puas jika korbannya terlihat rendah diri, takut, terancam, tersudut dan gak ada teman yang mendekatinya. Dari sisi korban pun bisa menjadi sasaran empuk pelaku karena korban terlihat lemah, rendah diri, penakut dan hal lainnya.

Aku pernah mengalami bullying waktu duduk di kelas 5 Sekolah Dasar, kelas 2 Sekolah Menengah Pertama dan kelas 1 Sekolah Menengah Atas. Korban. Yeah, that's right. Mungkin kalian bertanya, gimana sih rasanya jadi korban? gak nyaman dan beban. Aku gak pernah mendapatkan kekerasan fisik, hanya kekerasan verbal (ucapan/kata-kata) saja dan mempengaruhi kondisi psikis ku... tertekan dan rendah diri.

Waktu kelas 5 Sekolah Dasar. Mereka dengan mudahnya berkata bahwa aku miskin (secara materi), jelek, anak jawa (mengarah pada rasis) dan badan kurus itu cocok dijadikan makanan anjing. Bagi mereka itu guyonan (bercandaan), tapi bagi ku itu sungguh menyakitkan... membayangkan orang tua ku yang bekerja keras demi hidup dan sekolah ku tapi dengan seenaknya mereka seperti itu.  Terus apa yang kamu lakukan? Aku? Aku cuma bisa nangis... karena memang aku gak mau cari ribut karena baru saja aku pindah ke sekolah baru. Aku cuma punya satu tekad, kalo nanti aku bakal mengalahkan kalian dengan cara yang keren gak pake ejek-ejekan.

Waktu kelas 2 Sekolah Menengah Pertama. Walaupun sudah terpisah sekolah dan hanya bertemu sewaktu-waktu tetap saja mereka asik mengejek bahkan mengejek orang tua ku sendiri. That's enough. Aku ceritain semua yang aku alami sejak kelas 5 SD dan akhirnya aku harus dipindahkan orang tua ku ke kota asal ku. Aku berharap semua akan terasa baru dan menyenangkan... tapi....

Waktu kelas 1 Sekolah Menengah Atas. Mimpi buruk untuk pertama dan terakhir, aku gak mau hidup di kelas yang semuanya menjauhi ku dan menganggap aku bukan bagian dari kelas mereka. Berita yang tisak benar tersebar begitu cepatnya. Ya, cukup... sudah sampai di situ batas ku untuk bertahan. dan ya itu memang yang terakhir kalinya aku dibully. Aku kembali lagi ke kota tempat Bapak bekerja dan menemukan teman-teman yang baik dan tulus terhadap ku. Aku menemukan 'surga' ku.

Apa kamu gak dendam, gak marah dan gak mau balas mereka yang udah bully kamu? Aku cuma manusia dan aku akui kalo aku pernah punya rasa dendam dan marah bahkan ingin membalas lebih dari apa yang mereka lakukan. Tapi aku sadar kalo aku balas dengan kekerasan juga maka aku akan menerima juga kekerasan yang lebih lagi. I stopped my step and took breath.

Aku merengkuh rasa dendam ku, rasa amarah ku terhadap mereka
Aku menghentikan langkah untuk menyulut api itu lagi
Aku menghela nafas dan aku ingin berbuat sesuatu yang lebih elegan
Aku percaya bahwa mereka akan berada di bawah ku, melihat ku ke atas dan mereka akan menyadari bahwa mereka salah

Waktu ketemu mereka aku senyum dan netral... mereka sekarang memandang ku dengan rasa hormat. Aku membuktikan kepada mereka bahwa mereka itu salah menilai dan melakukan bullying lewat prestasi akademik ku yang melaju pesat. Aku bangga dengan diri ku dan aku bersyukur dari tindak bullying tersebut aku mampu berdiri tegak kembali dan berani menyuarakan bahwa tindakan bullying itu BURUK!.

Untuk teman-teman yang pernah mengalaminya, jangan takut untuk mengutarakannya pada orang-orang kepercayaan di sekeliling kalian, terlebih kepada orang tua. Aku senang berbagi kisah dengan kalian karena dengan begini beban yang aku punya bisa berkurang, semoga kalian juga begitu :)




Stop Bullying and Be A Friend... :) 


Be brave my cutie lux!
.Asalia.

No comments:

Post a Comment